Thursday, January 25, 2007

Yang Kedua?

Jadikan aku yang kedua, buatlah diriku bahagia
Walaupun kau takkan pernah kumiliki selamanya..



Lirik "sesat" punya Astrid, sebuah lagu berjudul Jadikan Aku yang Kedua.

Sumbang saran aja ni ya, berdasarkan pengalaman pribadi bertahun lampau, jadi yang kedua tu sama sekali nggak enak dan sama sekali nggak bahagia.

Di mana nggak enaknya dan di mana nggak bahagianya, that's your job to find out!

Jadilah yang kedua untuk mengerti perasaan saya, wuahahahahaha.. (ERROR MODE: ON)

Enggak deng, serius, jangan pernah jadi yang kedua.

Kok Bisa?

Yup, Tuhan emang punya cara-Nya sendiri untuk ngasi tau kalo saya butuh istirahat.

Bener-bener butuh.

Makanya saya dikasi gejala tipes dan harus bed rest selama dua minggu dengan pantangan makanan yang banyak itu (hixs..), abis itu dikasi cacar air dan harus bed rest juga, cuma seminggu sih, tapi paling nggak kali ini nggak ada pantangan makan (alhamdulillah.. :D)

Hmm.. mungkin nggak ya abis ini berat badan saya naek? hehe..ngarep!

Btw, berdasarkan googling, saya tau kalo cacar air dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa.

Tapi kenapa sepuluh orang dari sepuluh orang yang saya kabarin kalo saya kena cacar mengatakan hal yang sama, "Kok bisa, Del?"

Abis itu, lanjutannya beda-beda, "Ke mana aja Bu, masa baru kena cacar sekarang?"

Atau, "Mentang-mentang ngajar anak SMP, penyakitnya juga penyakit ABG."

Malah ada yang bilang, "Gw pikir lo cuma telat puber aja, ternyata sampe kena cacar juga telat."

Hehehe.. Seakan cacar air adalah penyakit khusus anak-anak aja..

Tuesday, January 16, 2007

Ichi Rittoru no Namida (One Litre of Tears)



Ichi Rittoru no Namida alias One Litre of Tears.

Biasa deh, Della si cewe ketinggalan jaman dalam hal apa pun.

Kayanya semua orang udah tau dorama ini dari taon kmaren deh.

Bahkan Tasha udah ngerekomendasiinnya entah sejak kapan.

Abis, denger-denger dorama ini sediiiiiiiiiiiihhh.. banget, padahal saya punya saluran aer mata yang super boros, jadi rada ngeri juga nontonnya.

Tapi bersyukurlah karena saya penasaran, akhirnya googling aja n ketemu link ini, http://yud1.csui04.net (silakan mampir ke sana, nggak bakal nyesel ^ ^)

Setelah baca, makin tertarik, dan saya hubungilah si empunya blog yang bersedia bantu saya mendapatkan DVD fansub film ini (makasih banget ya Yud ^ ^).

Karena satu dan lain hal, kami baru sempet ketemu kemaren.

Bener-bener kemaren, tepatnya hari Senin tanggal 15 Januari 2007 pukul sepuluh pagi di kantin Fasilkom UI, hehehe..

Trus berhubung tadi siang ada waktu senggang, nonton deh.

Saya selalu ngira kalo satu-satunya film yang bisa bikin saya bercucuran aer mata cuma Kuch-kuch Hota Hai.

Eeehh.. ternyata oh ternyata, ada film yang pada menit ketiga dah bikin mata saya berkaca-kaca dengan kalimat:

"Okaa-san, what is my purpose of living?"

Film ini bercerita tentang seorang Aya Ikeuchi yang berusia 15 tahun, jago basket, periang, dan baru aja masuk SMU favorit.

Trus dia sering jatoh nggak terkontrol.

Ibunya yang kerja di bidang kesehatan jadi curiga, apalagi ketika suatu hari dia jatoh sampe dagunya luka tapi tangannya nggak lecet sedikitpun.

Padahal kalo jatoh, pasti gerak refleks pertama manusia adalah menahan laju jatuh badan dengan tangan.

Setelah diperiksa ke dokter ganteng yang diperani dengan baik oleh Naohito Fujiki ;p ketauan kalo Aya mengidap penyakit bernama Spinocerebellar Degeneration Disease.

Penyakit yang membuat otak kecil makin lama makin kerut sehingga mengurangi fungsi motorik sedikit demi sedikit.

Menurut istilah dokter ganteng ini, penyakit yang sangat kejam, karena menyebabkan :

"Dia nggak bisa jalan saat ingin berjalan, juga nggak bisa bicara saat ingin bicara."

Tau nggak apa kalimat pertama yang diucapkan Okaa-san (Ibu)?

"Tapi masih bisa sembuh, kan?"

(maap, terjemahan kasar bahasa Indonesianya ni..)

Mata saya berkaca-kaca lagi di adegan ini.

Oke, trus kalian pikir akan datang seorang pangeran tampan yang menyelamatkan hidup Aya dan menikahinya di akhir film, kemudian mereka hidup bahagia selamanya (itu mah telenovela :D)

Nggak serendah itu kok sodara-sodara.



Emang sih ada seorang cowo bernama Haruto Asou, tapi sebetulnya ada enggaknya makhluk ini nggak terlalu mempengaruhi jalannya cerita (berani tarohan deh, tokoh ini pasti cuma rekaan :p)

Bukan film kacangan tentang cinta lelaki dan perempuan kok.

Justru film ini menceritakan gimana perjuangan Aya menghadapi penyakit ini.

Membuat kita lebih menghargai keluarga, mensyukuri apa yang sekarang kita punya, dan untuk selalu memikirkan apa yang bisa kita bagi pada sesama.

Ending-nya keren bangeeeeeeeeeeeettt.. baru kali ini saya nonton film sampe nangis tergugu-gugu.

Udah gitu dengan begonya saya lupa satu saran Tasha:

Sediakan tissu yang banyaaaaaakkk..

Asli loh, mata saya sampe bengkak.

Film ini diangkat dari kisah nyata seseorang bernama Aya Kitou di Jepang (keterangan lebih lanjut ada di ending theme-nya).


Aya Kitou nulis sebuah diary dari usia 15 sampe meninggal di usia 25 karena penyakit Spinocerebellar Degeneration Disease.
Diary inilah yang kemudian dibukukan dengan judul One Litre of Tears yang konon kabarnya di Jepang aja udah kejual sampe 1,1 juta kopi!

Tapi ada sedikit yang ngeganjel ni.. film kan dibuka dengan tulisan, "March 2005", sedangkan Aya diceritain meninggal sepuluh taun kemudian. Hmm..berarti taun 2015 ya..

Nah, gimana seandainya dalam sepuluh taun ke depan ini, ditemukan obat buat penyakit tersebut?

Film ini mesti di-remake dong ;p

Tapi pokoknya, mudah-mudahan abis nonton film ini, kita bukan cuma nangis sampe mata sembab dan bilang, "Filmnya bagus, ya," trus berburu DVD-penguras-air-mata yang laen, melainkan juga selalu inget apa yang mo disampaikan Aya:

"Just being alive is such a lovely and wonderful thing."

Jadi, sudah pernahkah bertanya, "What is my purpose of living?"

Aya has find hers, let's find ours ^ ^

Btw, nemu link bagus ni, mampirin aja:

http://diaryofaya.blogspot.com





Friday, January 12, 2007

Hal yang Nggak Penting

Duh.

Saya sama sekali nggak pernah nyangka kalo hal begitu nggak pentingnya bisa bikin perdebatan panjang yang bener-bener nggak penting.

Cuma gara-gara ada sepatah kata yang saya ucapkan, "Eh.." dengan nada hendak bertanya, tapi kemudian saya pikir apa yang akan saya tanyakan ini adalah sesuatu yang nggak penting, jadi saya batal bertanya.

Lawan bicara saya penasaran dan nanya, "Mo nanya apa sih?"

Saya jawab, "Nggak jadi deh, nggak penting kok."

Dia bilang, "Nggak mungkin. Nggak ada hal yang nggak penting di dunia ini."

Saya bantah duong, karena ini juga merupakan pemikiran saya sejak dulu kala, "Justru nggak ada hal yang bener-bener penting di dunia ini. Hidup ini kan isinya kumpulan hal nggak penting yang kita beri makna. Makanya ada orang yang menganggap satu hal sebagai sesuatu yang penting, sementara ada orang yang menganggap hal itu sebagai sesuatu yang nggak penting. Tergantung pemaknaan, lah."

Dibantah olehnya, "Semua hal penting."

Duh.

Sudah berapa kali saya berbantahan dengan beberapa orang karena pendapat saya itu.

Tapi saya pikir dia berbeda.

Saya pikir dia akan mengerti.

Bodohnya saya.

Ternyata dia sama saja.

"Ya udah, buat aku itu nggak penting, jadi nggak usah dibahas. Mungkin definisi kita tentang penting emang berbeda."

Dia dengan keukeuh tetep ngajak saya berdebat.

Cape..

Sekarang,

nggak penting banget sih saya bahas ini di sini, hehehe..

Thursday, January 11, 2007

Khamoshi, tentang Tuhan


Yaaahh..gini deh kalo sakit pas lagi libur.
Kerjaan saya setelah selesai beres-beres adalah nonton tipi, hehe..
Tadi ada film India bagus di Indosiar, judulnya Khamoshi the Musical (ngapain juga ngasi embel-embel the musical, toh tiap film India pasti ada tari dan nyanyi kan? :D)
Yup, saya suka film India selama ceritanya bukan tentang polisi korup atau yang ada berantem-berantemnya, ih.. nggak deeehh..
Cukup melanturnya, kita balik ke Khamoshi.
Ceritanya tentang pasangan suami-istri bisu dan tuli yang punya dua orang anak.
Anak pertama perempuan bernama Anny (atau Amy?), yang kedua laki-laki bernama Sam.
Anak mereka normal dan diajarin ngomong sama nenek mereka, Maria.
Mereka keluarga miskin dan tinggal di pinggir laut.
Suatu hari, saat mereka sekeluarga lagi ke gereja, Sam naek ke menara dan maenin lonceng.
Ayah dan Ibunya lagi berdoa dengan khusuk.
Anny keluar untuk manggil adeknya.
Pas lagi manggil-manggil itulah Sam kepleset dan jatoh.
Tewas.
Anny manggil orang tuanya.
Wah, pokoknya adegan Ibu memeluk Sam sambil nangis histeris dan Ayah yang teriak sambil menatap langit bener-bener mantepp.. (histeris dan teriaknya sih cuma kaya, "Baaa..buuu.." gitulah, khas orang gagu..)
Sudah bisa diduga, abis itu pasangan suami-istri tersebut menolak Tuhan:
digambarin bagus banget dalam adegan si Ayah melempar palang salib ke laut.
Yang mo saya omongin sih sebetulnya:
been there done that, hehe..
(Bukan, bukan berarti saya pernah melempar palang salib ke laut ;p)
Pernah nggak sih kalian ngrasa marah, sedih, benci, sama Tuhan?
Saya pernah.
Nggak marah-marah banget sih, nggak sampe membuang alquran ke laut, misalnya, atau membakar mukena (hehehe..).
Saya cuma pernah mempertanyakan:
Apa sih maksud-Nya membawa saya ke ketinggian ini untuk kemudian dihempaskan begitu rupa?
(terlalu pribadi. Maaf ya, bukan cerita yang bisa dibagi. Cukup saya, Dia, dan Juned my soulmate yang ngerti ^ ^)
Saat-saat kaya gitu, bersyukur banget punya sahabat kaya Juned.
Kalo nggak, wah..nggak tau lah..
Yaahh.. berbagi pengalaman aja sih, kalo pernah punya perasaan-perasaan negatif ke Tuhan, jangan simpen sendiri, jangan berusaha cari jawaban sendiri, karena sebetulnya jawaban yang kamu cari itu ada di dekat kamu ^ ^
Berbagilah, tapi jangan ke semua orang.
Cukup ke satu orang.
Seseorang yang mau dengerin kamu.
Seseorang yang bisa nunjukin ke kamu kalo Tuhan sama sekali nggak layak untuk dibenci.
Seseorang yang bisa bilang kalo Dia punya jalan-Nya sendiri.
Mungkin bukan jalan yang kamu suka, tapi yang TERBAIK buat kamu.
Seseorang yang bisa membuat kamu ngrasa malu telah begitu cengeng hanya karena punya satu bisul, padahal ada orang yang sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan nanah tetapi tetap bisa sabar dan malah semakin mencintai-Nya.
Seseorang yang bisa bikin kamu yakin bahwa jawaban yang kamu cari ada di kitab yang selama ini cuma kamu jadiin pajangan, atau cuma kamu baca pas lagi sedih.
Jun, makasih banget ya ^ ^

Di Mana Kau, Mr. Friday-ku???


Okeh, cerita hari ini akan dimulai dengan sedikit pembenaran bahwa saya menderita shorten memory layaknya Dori di Finding Nemo makanya saya nggak inget gimana awalnya, pokoknya dalam suatu perbincangan dengan Adu my lovely sister, saya jadi inget kalo saya punya komik karya Kyoko Hikawa yang judulnya Mr. Friday.


Trus jadi kangen dan pengen baca lagi. Maka saya acak-acaklah kabinet empat susun khusus komik hasil koleksi kami sekeluarga yang emang doyan komik (malah waktu SMU dulu, saya punya motto: "Lebih baik nggak makan daripada nggak beli komik". Motto yang aneh..).

Pokoknya, saya menemukan fakta yang mengerikan:

komik itu raib! Hilang! Tak ada! Ghaib!

Dengan panik langsung manggil Muti dan minta tolong bantuin cari sekali lagi, jangan-jangan saya yang lagi rabun.

Kenyataan bicara lain, Mr. Friday saya asli gone with the wind dan kami harus berhadapan dengan kenyataan yang lebih pahit:

Girls, Natane 1-11, The Duck of Mr. Fredward no. 1 dan 5, Pansy no. 9, Empat Sekawan 1-3, Putri Pemalas 1-2, beberapa jilid Pengantin Demos juga nggak ada!!!!!

Rasanya kaya kehilangan sebelah tangan.. T_T

Stop! Jangan bilang saya berlebihan atau hiperbola karena semua orang yang mengoleksi komik pasti punya perasaan yang sama kaya saya kalo mendapati salah satu komik mereka hilang. Apalagi saya yang kehilangan banyak..hixs..

Saya suka Mr. Friday soalnya ceritanya unik, penuh salah paham karena permainan kata dan prasangka, trus alurnya juga bagus dan nggak biasa, khas Kyoko Hikawa lah pokoknya (kalo penasaran, cari aja di toko buku terdekat atau googling coz saya nggak akan ngebahas komik ini di sini :p)

Yah, POKOKNYA sediiiiiiiiiiiiiiiihhh..bangett.. T_T

Nggak mungkin dipinjem soalnya saya paling pelit sedunia kalo urusan komik. Ke manakah perginya..?

Du, Mr. Friday-nya ilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannggg..

Wednesday, January 10, 2007

Buat Kamu

Bagi saya, setiap orang adalah sebuah lagu.
Ada lagu yang membuat kita tersenyum,
ada yang membuat kita menangis.
Ada yang mengingatkan kenangan manis,
ada yang bikin jantung retak.
Ada yang mengajak kita tetap menjejak tanah,
kerap mengingat apa yang telah lalu.
Ada yang memberi kita sayap untuk terus terbang.
Ada yang hanya memberi irama tanpa lirik berarti,
ada yang bernada sumbang tapi liriknya bermakna.
Akan jadi seperti apapun kamu,
maukah jadi lagu bagi saya?
Buat senyum hadir di wajah saya,
boleh juga sesekali mengakibatkan air mengalir dari mata.
Berikan saya kenangan tiap kali ingat kamu,
atau bisikkan harapan akan masa depan.
Katakan kejujuran walaupun itu pahit.
Patahkan jantung saya semudah kamu mematahkan ranting.
Kelak,
saya akan mengingatnya sebagai pengalaman yang berharga.
Tinggalkan saya di masa lalu,
atau ajak saya temani langkahmu.
Biarkan saya terbang,
atau marilah kita kepakkan sayap bersama.
Jadilah irama yang mengalun mengiringi saya.
Sentuh saya dengan nadamu,
dengan lirikmu.
Karena saya rapuh tanpa lagu.
Saya rapuh tanpa kamu.

Thursday, January 4, 2007

Indonesia Punya Apa?


Cuma sebuah pertanyaan sederhana gara-gara sebuah komentar sederhana:

saat menonton sebuah sinetron lokal pada adegan si tokoh utama perempuan merasa sedih lalu lari dan memeluk pohon. Hujan langsung turun dengan derasnya.

Komentar yang keluar, "Ih, India banget."

(Catatan: bukan berarti saya rasis, ya. Tapi emang cuma film India kok yang terkenal dengan ujan di banyak adegannya).

Kemudian teringat:

pernah mendengar istilah jilbab Malaysia (poni si pemakai menyembul dari bawah jilbabnya) dan jilbab Iran (salah satu ujung jilbab dipuntir lewat belakang kepala kemudian dimasukkan ke dalam lipitan dagu), tapi pernahkah mendengar istilah jilbab Indonesia?

pernah mendengar istilah Harajuku style atau Japanese style buat model rambut, tapi pernahkah mendengar Blok M style atau Indonesian style?

Mungkin nggak ya suatu hari nanti, orang India atau Jepang atau Korea, bangsa yang selama ini kita jiplak abis-abisan film dan doramanya, nonton film mereka dan bilang, "Ih, Indonesia banget."

Atau suatu hari nanti seorang muslimah Pakistan mencoba gaya jilbab bernama jilbab Indonesia.

Dan Jepang dilanda demam gaya rambut Borobudur style.

Kayanya nggak mungkin, ya..

Sedih juga.. kita bangsa tanpa ciri khas..

kenyataan bahwa kita nggak punya sesuatu buat dijiplak ternyata lebih menyedihkan daripada kenyataan bahwa kita ini bangsa penjiplak..

Monday, January 1, 2007

Buat Para Calon Orang Tua

Taelaaa..lagaknya saya ngasi judul begitu rupa, padahal nggak ada hubungannya ma persiapan pra nikah atau nasihat cara membesarkan anak, sih, saya aja belom nikah ;p

Cuma sedikit tips kalo kelak kalian punya anak usia SD, jangan pernah bilang bahwa subyek adalah nama orang!

It's a big NO NO!

Jadi begini ceritanya, pada suatu hari yang menyenangkan, saya menjelaskan tentang SPO (masih inget duong, Subyek-Predikat-Obyek?) ke siswa kelas VII-2.

"Apa yang dimaksud dengan subyek, anak-anak?"

"Nama orang, Buuuuuu..!"

Oke, fatal.

"Hmm..jadi dalam kalimat ini," saya tulis di whiteboard, "'Febri menemui Fera di taman sekolah', yang mana subyeknya?"

"Febriiii.." (nada yakin), "Eh, Fera.." (mulai ragu), "Eh, nggak tau, deh, Bu.." (nada putus asa).

"Nah, dalam kalimat ini," saya tulis di bawah kalimat pertama, "'Kucing mencuri ikan', yang mana subyeknya?"

"Nggak adaaaaaaaaaa..!!!"

Tu, kan, fatal?

Ya udah, jadi saya bilang bahwa subyek adalah seseorang atau sesuatu yang melakukan sebuah tindakan. Kita bisa tau yang mana subyek dengan mengajukan pertanyaan, "Siapa/ apa yang melakukan sesuatu?"

Tapi saya bisa maklum sih, saya aja baru tau tentang SPO pas kuliah tingkat dua, hehe..

Jadi, tolong diluruskan yah, subyek bukanlah melulu nama orang.

Gimana sih guru-guru SD ni, menggampangkan sekali. Kan kesian murid-murid kalo nasibnya nggak sebaik saya yang akhirnya bisa membedakan antara subyek, obyek, dan pelengkap.. ;p