Sunday, October 11, 2009

Drama (Narsis) Satu Babak

Hari ini, Nadya dan Umi makan siang di mal.


Dua orang di depan kami mulai kasak-kusuk.
Tante Joe2nk (berbisik ke arah Tante Yuni) : Kok orang di depan kita ini mirip penulis novel ini ya? Liat ni fotonya di halaman belakang. Mirip kan?

Tante Yuni (pasang wajah
cool-nya yang biasa) : Ah, perasaan lo aja kali. Kayanya cantikan yang di foto, deh!
Tante Sarie (memperhatikan foto itu dengan lebih jelas): Eh, bener ni Jun, ini kok orangnya!


Tante Yuni memperhatikan foto tersebut dengan lebih seksama.
Tante Yuni (berseru girang) : Oiya ya, bener lo! Gila, hebat banget sih manipulasi kameranya!


Tante Yuni memaksa Tante Lucy untuk meminta tanda tangan.
Tante Yuni : Lus, mintain tanda tangannya dong!
Tante Lucy : Kenapa sih selalu gw? Mentang-mentang gw yang paling cantik!


Karena kelamaan, Tante Joe2nk yang beraksi.
Tante Joe2nk : Mbak, yang nulis novel ini ya? Minta tanda tangan dong!



Umi sih mau-mau aja (karena dia emang tergolong cewek "gampangan", hehe..), tapi aku jadi bete. Umi pasti bikin aku malu deh..


Tuh kan bener, liat gayanya ngasi tanda tangan aja kecentilan banget..


Kemudian Tante Sarie ngomong sesuatu ke Tante Joe2nk.
Tante Sari : Joenk, gw minta plastik lo dong.

Tante Joe2nk : Minta?!! Beli dong! Sepuluh rebu!

Tante Sarie (menjawab dengan wajah pasrah) : Ya udah deh..



Tante Joe2nk (bergumam dengan nada penuh kemenangan) : Kena lo!

Tante Sari (berbisik pada Kakak Icha) : Icha kalo gede nanti jangan kayak Tante Joe2nk yah..


Trus sebelum pulang, kami dan para tante itu melakukan sesi foto bareng. Kapan ya kita bisa ketemuan lagi?

Friday, July 17, 2009

Mix and Match


Saya suka film-film kayak Legally Blonde, The Devil Wears Prada, 27 Dresses, Confession of a Shopaholic dkk dengan dua alasan:
pertama: alurnya cepat dalam arti nggak bertele-tele, akting pemaennya natural, ide cerita orisinal, dialog cerdas.
kedua: saya sukaaaaaaaaaaaaaa... banget ngliat baju-baju, tas, dan sepatu bagus bersliweran di sana :D

Kan bisa jadi inspirasi juga buat saya berdandan, misalnya bahwa sepatu merah keren banget dipadankan dengan stelan jas dan rok warna hitam, atau bahwa yang disebut matching itu bukan berarti satu warna dari atas ke bawah, melainkan dengan menggunakan gradasi warna atau malah yang kontras sekalian.
Pengen deh ada sutradara atau produser yang bikin film dengan tokoh utama cewek berjilbab tapi isinya penuh dengan baju, jilbab, tas, dan sepatu keren. Karena terus terang, sulit loh padu padan warna, motif, dan bahan baju kalau kamu mengenakan jilbab.
Belum lagi memadumadankan keseluruhan tampilan kita dengan sepatu dan tas.
Saya baru tau kalo pake stelan abu-abu dipadankan dengan sepatu hitam n tas coklat ternyata bagus juga. Ini saya dapet dari The Devil Wears Prada. Tinggal ditambah jilbab item atau abu-abu dengan warna yang setingkat lebih tua atau lebih muda, atau jilbab putih.
Juga baru tau kalo pake atasan kuning dan bawahan coklat tua misalnya, nggak berarti kamu harus pake jilbab kuning yang senada atau jilbab coklat tua yang senada dengan warna bawahan. Kamu bisa pake jilbab dengan warna dasar putih yang motifnya hitam.
Ini saya tau dari film Confession of a Shopaholic, waktu dia pake jaket kuning dengan syal putih polka dot item, kok matching ya..
Jadi saya coba dengan kaos kuning, celana panjang item, dan jilbab putih motif zebra warna item.
Lumayan juga, nggak terlalu monoton.
Pengetahuan tentang gradasi warna itu penting bagi pemakai jilbab. Misalnya bahwa merah matching dengan pink, begitu pula sebaliknya. Dan bahwa pink bagus bila dikontraskan dengan biru muda.
Juga tentang motif. Sangat nggak dianjurkan tabrak motif. Misalnya kemeja putih garis-garis hitam-biru dipadankan dengan rok merah bunga-bunga dan pake jilbab kotak-kotak.
Duh, nggak enak banget dilihatnya.. :(

Pakai jilbab itu bagus, tapi berusaha supaya enak dilihat juga bagian dari dakwah, kan? ^ ^
Bukan berarti kita harus punya banyak baju dan jilbab. Asal tau cara mix and match-nya, gampang kok.

Atau mungkin saya bikin buku tentang padu padan jilbab aja ya.. Hmmmm.. @_@


Promosi


Lama banget sejak terakhir kali nulis blog ini ya..
semoga para penggemar nggak terpasung rindu (silakan muntah.. :P)
Gara-gara demam facebook, apalagi di sana ada fasilitas notes. Jadilah lebih sering nulis di sana, hehe..
Mo promosi ni, alhamdulillah ada penerbit yang ikhlas nerbitin novel saya, judulnya Tinta Cinta Sitti Hawwa.
Insya Alloh ada di gramedia terdekat, tapi kata temen saya, yang di PIM dan Daan Mogot abis. Kayanya di Plangi masih banyak.
Beli yaaaaaaaaaaaaaa...

Sunday, March 1, 2009

Duhai sang penulis..

dari pertama baca tulisannya di Republika, saya mendapati hati saya langsung jatuh kepadanya.
Dia bisa menuliskan emosi dengan begitu tenang.
Kapan ya, bisa begitu.. :(

Friday, February 6, 2009

Udah tau bener, kok masih..

Tempo hari saya melihat perempuan sebaik-baik perempuan muslimah.
Pakai gamis ungu polos dan jilbab dengan warna sama. Tidak ada ornamen dalam gamis maupun jilbabnya. Tak bercorak dan tak tipis.
Seperti pernah saya bilang sebelumnya, saya jatuh hati pada Islam lewat perilaku seorang muslimah. Nggak cuma perilaku, tapi juga keanggunan dan kesederhanaan penampilannya.
Dan saya tau bagaimana berjilbab yang benar dan jilbab yang seharusnya.
Tapi kok saya masih begini yah..
Juga sebetulnya saya gemas melihat konsep sederhana jilbab kok seenaknya diubah jadi pakai topilah, dibentuk seakan jalinan rambutlah, selendang panjang dililit-lilitlah, dibentuk-bentuk jadi bungalah, beuh.. ribet ngeliatnya.
Seakan konsep jilbab dari Alloh SWT kurang enak diliat jadi mesti dibentuk "seestetis" dan "semodern" mungkin.
Yuk, bareng-bareng kita kembalikan jilbab ke posisinya semula: agar muslimah lebih dikenali dan tidak diganggu.
Soalnya saya juga masih sering pakai celana panjang dan kaos warna ngejreng, hahahaha..
(malah ketawa, bukannya mikir!)

Haram lagiiii..ah! Haram lagii.. (bacanya sambil ngedangdut ya.. :P)

Kata MUI rokok itu haram.
Eh, udah disahkan blom sih fatwa itu?
Saya mah nggak terlalu peduli.
Sejak perda larangan ngrokok kluar aja saya udah ultra girang soalnya berarti saya punya landasan hukum yang kuat (halah..) untuk negor orang yang ngrokok di bus.
Berbeda dengan adik saya si hati lembut nan berjiwa tulus yang akan mengawali tegurannya dengan senyum manis dan berkata, "Pak, maaf, bisa tolong matikan rokoknya?" saya yang darah Palembangnya mengalir deras, nggak bakalan tu pake senyum-senyum.
Apalagi pake maaf!
Ya ampun, dalam hal ini siapa yang salah, coba? Mestinya dia dong yang minta maaf ke saya!
Makanya saya sering banget berantem sama perokok. Malah pernah ada yang mukul belakang kepala saya sesaat sebelum dia turun dari bus. Mudah-mudahan sekarang dia kena kanker paru-paru deh.
Kalo diinget-inget lagi, siapa juga yang nggak bakal tersinggung kalo dipelototin dan dibilang dengan ketus, "Pak, rokoknya matiin, dong!"
Hahaha..
Terakhir, dua hari yang lalu, dalam 77 yang mulai dipadati penumpang, naiklah si bodoh dengan rokok di mulutnya. Karena tempat duduk udah penuh, dia berdiri. Amboi, kebayang nggak, busnya penuh, bau, kekurangan oksigen, tambah asep rokok! Begitu dia ngepulin asep dari rokoknya, kontan semua orang di sebelah kiri dan kanannya pada tutup hidung. Termasuk saya yang saat itu duduk dua bangku di belakangnya.
Sebel banget!
Saya colek si bodoh itu dan bicara dengan nada rendah dan setegas mungkin (kata kakak saya ini poin terpenting dalam negor orang), "Pak, rokoknya dimatiin dong! Ini kan kendaraan umum!"
Dia langsung jatohin rokoknya trus dia injek sampe mati.
Nah, itu masalah kedua dalam hal merokok di tempat umum: buang puntung seenaknya aja.
Trus tadi siang, pulang sekolah naek 77 lagi. Begitu masuk, pandangan saya tertumbuk pada seorang cowo yang lagi sibuk ngerogoh kantong. Di mulutnya ada rokok yang belum nyala.
Cewek yang duduk di sebelahnya udah melirik-lirik gelisah.
Alhamdulillah bangku belakangnya kosong, jadi saya duduk di situ. Kayanya tu cowo nyari korek api. Kantong celana bagian kanan nihil, bagian kiri juga. Ngerogoh bagian belakang. Eh, ada. Begitu dia keluarin koreknya, saya colek dan hebat sekali saudara-saudara, saya dapat tersenyum dengan tulus!!!!!!
(Tepuk tangan dulu dong)
Abis itu, saya bilang, "Mas, jangan dinyalain ya."
Dia juga senyum (walopun kliatan banget senyumnya dipaksain) dan memasukkan kembali rokok serta koreknya ke dalam saku kemeja.
Mendingan emang ditegor sebelum dinyalain kali ya..
Eh, cewek di sebelahnya nengok ke saya dan senyum penuh terima kasih.
Ya, sama-sama, mbak.
Ternyata enak ya kalo pake senyum.
Tapi teteup nggak pake maaf! Ogah banget!
Anehnya, kalo lagi jalan sama suami, saya nggak pernah negor orang yang ngrokok.
Dan mertua saya juga ngrokok, saya nggak berani negornya, hahahahhaha..
Selain itu, dua jenis makhluk perokok lainnya yang hingga detik ini belom berani saya tegor:
1) kenek dan atau supir bus
2) perempuan

I wonder why..

Saturday, January 31, 2009

Hanung Gagal Menemukan Annisa

Yah, sebagai orang yang selalu ketinggalan, saya pengen, dong, sekali-sekali duluan, gitu.
Maka ketika melihat poster film Perempuan Berkalung Sorban yang keren abis (bayangin, di situ Revalina S. Temat pake jilbab item dan mengalungkan sorban di lehernya, menghadap kamera dengan wajah sendunya nan cantik itu, sementara ia ada di lautan perempuan berjilbab putih yang membelakangi kamera. Nangkep banget kan apa tema filmnya?) dan tau bahwa film ini ada novelnya, beranjaklah saya ke Gunung Agung di Atrium.

Di sana saya dan mas-mas yang sangat berorientasi pelanggan (makasih banyak, ya, Mas) mengubek-ubek rak novel karena novel ini emang nggak terlalu booming jadi susah nyarinya.
Setelah ketemu, dengan rasa bahagia yang tak terhingga, saya bayar di kasir dan membacanya sepanjang perjalanan pulang.
Dan mendapati diri saya agak kecewa.
Novel ini, kan, digembar-gemborkan kontroversial. Setelah saya baca, kok , biasa aja. Malah agak mirip pemikiran saya bahwa dalam urusan domestik (rumah tangga), laki-laki lebih beruntung, sebab tugasnya cuma nyari nafkah, sementara perempuan mulai dari subuh sampe tengah malem kerjaannya nggak selesai-selesai (bersyukur suami saya tipe suami yang mau bantu-bantu. Mungkin suami saya berpikiran seterbuka Lek Khudhori ^ ^).
Novel ini juga menekankan perlunya perempuan menuntut ilmu, sekolah tinggi, dan mengembalikan Alquran ke tempat sebenarnya.
Sebetulnya kurang sreg juga karena pergaulan Annisa dengan Lek Khudhori terlalu mesum mengingat di situ Annisa baru berusia 12 tahun, tapi gpp, deh, namanya juga cinta, pikir saya.
Sebetulnya, yang saya tangkap dari novelnya, Abidah mengkritik pesantren yang lebih mementingkan dan manut sama kitab kuning walaupun isinya bertentangan dengan Alquran dan hadits.
Alquran memandang lelaki dan perempuan setara, sedangkan kitab kuning menistakan perempuan.
Herannya, kitab kuning masih aja dipake di pesantren.

Tokoh Annisa di sini adalah anak yang patuh pada orang tua. Pemberontakannya lebih pada konflik batin, pada pemikiran-pemikirannya yang cerdas dan out of the box. Jadi emang novelnya tu sepi konflik.
Yah, saya pikir Hanung yang bisa membuat AAC jauh lebih menyenangkan daripada novelnya, bisa membuat Perempuan Berkalung Sorban juga jadi bagus.
Ealah, ternyata saya berharap terlalu banyak: filmnya malah lebih mengecewakan!
Bo, Annisa itu cerdas karena yang dia baca adalah jurnal luar negeri, baca deh novelnya pas bagian dia ke kota bareng temennya.
Bukan karena buku-bukunya Pram!
Plis, deh, Pram kan nggak ada apa-apanya sampe bisa menggerakkan kepribadian seseorang untuk berubah.
Soeharto aja yang terlalu takut makanya Lekra dilarang.
Oiya, dua-duanya udah mati ya. Dilarang menjelek-jelekkan orang yang sudah tiada. Mohon maaf.
Kembali ke film.
Annisa adalah keluarga Salafi yang dibesarkan dalam ayat-ayat Alquran dan hadist abis. Makanya walaupun pemberontak, dia punya dasar agama yang kuat.
Annisa novel adalah perempuan yang walaupun mengalami KDRT dalam keluarga, tetap bertahan.
Itu namanya tegar.
Annisa film adalah perempuan yang membuka jilbab dan kancing bajunya sambil berteriak, "Zinahi aku, Lek!"
Bo, itu namanya PUTUS ASA!
Ya Tuhan, jauh banget loh bedanya tegar dengan putus asa!
Dan apa-apaan itu bakar-bakar buku? Emangnya FPI? Juga rajam!
Trus, emangnya pesantren bisa merger, yah? LOL
Intinya:
film ini lebay (mungkin karena produsernya India), Hanung gagal menemukan Annisa, penulis skenario tampaknya pembenci Islam.
Menontonnya adalah buang uang sia-sia, mending tunggu taun depan, ntar juga tayang di tipi :P


NB: yang udah telanjur nonton, belilah novelnya.

Thursday, January 15, 2009

Rumus Kebahagiaan

Ih, waw (terpengaruh Iin di sinetron Kepompong), udah setahun aja nggak posting tulisan :P
Hari ini mo nulis rumus kebahagiaan, ah.
Kebahagiaan itu adalah sesuatu yang berlipat ganda kalo dibagi.
Kebahagiaan : 2 = kebahagiaan pangkat dua.
Matematika sangat nggak berfungsi bila berurusan dengan perasaan. Sebetulnya menurut saya sih matematika baru berguna buat ngitung pengeluaran dan pemasukan, terutama saat belanja di tukang sayur xD
Oh, enough with this crap, saya akan langsung ke tujuan utama.
Jadi, selama ini saya pikir seluruh pengabdian saya (duh, lebay) hanya akan berujung pada satu hal: Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ternyata oh ternyata, dari seorang senior waktu SMU dulu, saya tahu ada program beasiswa buat guru, ke Jepang!
Ulangi: Jepang!
Sekali lagi: JEPANG!!!
Tapi ya tentunya masih ada serangkaian tes dan wawancara. Dan berhubung saya ini orang yang selalu berpikir positif, saya yakin insya Alloh diterima. Yang jadi masalah kan gimana setelah diterima, ya nggak?
Anak saya si ultra cute Nadya mo dikemanain? Bapaknya sih nggak masalah, udah gede ini :P
Kalopun bisa dibawa dengan biaya sendiri, ntar di sana saya tetep momong bayi dan bukannya belajar. Suami juga nggak mungkin nyari kerja di sana, visanya kan bukan visa kerja.
Jadi, yah... sudahlah... lagian kalopun misalnya di-ACC suami n entah bagaimana caranya ada orang terpercaya untuk dititipin Nadya selama satu setengah tahun, tetep aja saya bakal menyentuh kelopak bunga sakura, menghirup wanginya, menggenggam salju, pergi ke kuil, menyaksikan bon odori, ke harajuku : sendirian.
Apa enaknya?