Friday, October 5, 2007

Buruk Muka, Cermin Dibelah

Sesungguhnya Alloh itu maha lemah lembut, dan memberi karunia karena kelemahlembutan, dan sekali-sekali tidak memberikannya karena kekasaran apa pun atau sejenisnya (HR Muslim)
Banyak orang bilang, kenalilah Islam lewat ajarannya, kitab dan hadistnya, bukan dari pelakunya (baca: orang Islam).
Tapi saya selalu merasa beruntung karena kenal Islam justru lewat seorang pelaku. Senior saya di SMP. Gadis cantik berjilbab lebar dengan tingkah laku lembut dan kata-kata santun. Pun saat banyak orang mencemoohkan jilbabnya (ingat, saat itu tahun 1993, saat masih banyak orang fobia Islam dan semua atributnya).
Saya merasa teduh bahkan hanya saat berpapasan dan melihat senyumnya. Mendengar suara lembutnya memberi salam. Saya pikir, inilah Islam.
Lalu kami berteman. Saya pernah gemas mendengar cemooh seorang guru mengomentari jilbabnya. Tapi lagi-lagi ia hanya tersenyum dan malah menceritakan kisah Rasulullah SAW yang tetap dalam kesabarannya, padahal ada seorang Yahudi yang setiap hari melemparkan kotoran unta pada Beliau.
"Apa yang saya alami tidak sebanding dengan yang Beliau alami, jadi mengapa saya harus mengeluh?" katanya bijak.
Kemudian ia mengajak saya mengkaji alquran dan hadist. Jadilah saya baru mengenal Islam di usia ke tiga belas tahun. Kelak saya akan mengerti, beratus-ratus orang membaca alquran dan mempelajari hadist, hanya segelintir yang mampu mengambil hikmah Islam yang sebenarnya.
Bahwa Islam adalah agama penuh kelembutan dan cinta kasih.
Sayangnya, saya selalu melewatkan bab tentang jihad. Saya hanya tau bahwa tingkatan jihad paling rendah adalah menahan amarah. Itu saja saya masih sering gagal.
Jadi maafkanlah saya wahai FPI, saya tidak pernah mengerti mengapa bisa-bisanya kalian mengklaim diri sebagai Front Pembela Islam.
Islam yang mana yang kalian bela, kalau yang kalian lakukan adalah melakukan kekerasan atas nama agama?
Atau karena saya tidak bisa mengerti makna jihad bagi kalian?
Mungkin kalian bisa tunjukkan pada saya, di mana ayat alquran atau hadist yang mengatakan bahwa kalian harus memerangi orang-orang yang berjualan makanan di siang hari pada bulan Ramadan.
Pernahkah kalian menonton televisi? Pernah melihat iklan sebuah margarin yang menggambarkan semangat seorang anak SD untuk terus berpuasa, sampai-sampai ia berlari menerobos kumpulan pedagang sambil menutup hidungnya supaya wangi makanan itu tidak merasuk dan merusak puasanya.
Anak kecil saja mengerti bagaimana mengendalikan nafsunya.
Kalau hanya sekadar wangi makanan di pinggir jalan mengganggu puasa kalian, semua orang sudah tau bagaimana kualitas puasa kalian.
Nggak usahlah cari-cari kambing hitam kalau yang bermasalah adalah diri kalian sendiri.
Saya sarankan kalian ganti nama.
Atau mungkin juga kalian merupakan contoh nyata dari Alloh SWT untuk membuktikan kebenaran ayat ini:
Sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar (Fushshilat 35).

*Ditulis saat sedang benar-benar emosi saat melihat siaran televisi tentang sweeping warung-warung makan yang buka di siang hari bulan Ramadan*

Thursday, October 4, 2007

Kisah Ibu Guru

Alkisah,
di sebuah kota yang memiliki gubernur yang bikin busway aja nggak becus tapi punya ambisi mo jadi RI 1, hiduplah seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru CPNS di sebuah sekolah negeri.
Ibu guru yang menghabiskan separuh hidupnya di dalam bus kota ini, telah menemukan cara terbaik untuk mengisi waktu hingga tiba ke tujuan.
Bukan, ia sudah lama berhenti membaca dalam bus ketika tahu bahwa hal itu berpotensi merusak mata.
Tidak, ia juga tidak lagi suka mendengarkan MP3 Player-nya karena konon terlalu lama memakai earphone dapat mengakibatkan ketulian.
Yup,
ia lebih suka membiarkan dirinya berkelana di alam mimpi.
Jadi, ketika siang itu ia naik bus dan tempat satu-satunya adalah di baris kedua dari belakang, di sebelah seorang anak laki-laki usia SD (mungkin tujuh tahun), ia duduk di sana.
Setelah beberapa kali mencuri pandang ke arah si anak SD dan memastikan ia anak baik-baik (baca: bukan copet), tak lama kemudian ibu guru jatuh tertidur.
Sempat terbersit dalam benaknya, "Ni anak cakep juga."
(Harap maklum, ibu guru satu ini punya bakat fedofil. Makanya dia lebih memilih jadi guru SMP daripada guru SMA :P)
Ia terbangun ketika bahu kanannya terasa berat. Ternyata si anak SD terlelap di sana.
Terlelap pasrah dan membiarkan berat kepalanya memenuhi bahu si ibu guru, seakan yakin ia akan aman di sana.
Sebuah keharuan yang aneh merayapi seluruh tubuh ibu guru.
Bercampur rasa sayang dan hasrat ingin memiliki.
Alangkah mengherankan,
tiba-tiba saja ia membayangkan si anak ini adalah anak kandungnya.
Pasti menyenangkan disandari bahu seperti ini oleh anak sendiri, pikirnya.
Lalu bus masuk ke terminal, dan seorang ibu muda dari barisan depan tampak berjalan menuju bangku mereka.
Ibu muda itu tersenyum pada ibu guru, sebuah senyum seakan minta dimaklumi, lalu tangan lembutnya menggapai si anak, "Bangun, Sayang, kita sudah sampai."
Setelah ibu muda itu minta maaf pada ibu guru yang bahunya disandari si anak selama entah berapa lama dan ibu guru menjawab dengan sepenuh hatinya bahwa ia sama sekali tidak keberatan, ibu muda dan anaknya berlalu.
Ibu guru masih terus menatap kedua punggung itu sampai mereka menghilang ditelan keramaian terminal.
Tanpa sadar ia mengusap perutnya, sangat berharap kelak punya anak begitu tampan yang akan bersandar padanya penuh kepercayaan begitu rupa, membuatnya rela melakukan segalanya hanya untuk membuatnya tetap aman dan tersenyum.