Tuesday, November 20, 2007

Datanglah Nak, Ibu Menantimu..

Nah.
Sebelum saya menikah, sudah ada beberapa orang yang menasihati untuk nggak terlalu berharap segera diberi anak oleh Tuhan yang Maha Kuasa, karena anak adalah amanat-Nya, nggak semua orang bisa memiliki.
Ya sudah, mengingat saya juga kayanya belum becus jadi Ibu.
Iyalah. Kalo dipikir secara logika, Tuhan mana yang mau mengamanatkan sesuatu seberharga anak pada makhluk ceroboh-slebor-nggak sabaran-emosian kaya saya?
Tapi emang ya, Alloh punya pertimbangan tersendiri, karena dua bulan setelah menikah, saya dinyatakan positif hamil dua minggu.
Sebetulnya saat itu saya masih percaya-nggak percaya, masa iya, SAYA, diberi kepercayaan besar ini?

Tapi saya nurut aja deh apa kata dokter.
Minum susu, katanya. Ya udah, minum.
Banyak makan buah dan rajin ngemil. Itu sih udah dari dulu, hehehe..
Bahkan ketika saya mengalami apa yang dibilang morning sick, saya masih antara percaya dan enggak bahwa saya memang hamil.
Barulah saat di-USG dan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa di rahim saya ada janin sepanjang 3 sentimeter berusia sepuluh minggu, dengan bentuk kepala yang sudah terlihat, tonjolan jantung, setitik kecil mata, dan tangan super mini yang menengadah ke atas, baru saya ngeh.
Ya Alloh, saya hamil! Subhanallah!
Selama sekolah, setiap pelajaran biologi dan melihat gambar janin, saya nggak pernah merasakan apa pun. Tapi saat melihat janin dalam rahim saya itu, saya yakin:
itulah janin paling cantik yang pernah saya lihat.
Suami saya yang ikutan melihat hasil maha karyanya itu juga nggak komentar apa-apa sih, tapi dari speechless beberapa menitnya, saya tau dia merasakan hal yang sama (deuh..sok yakin yeee..)
Dan perasaan ini memang hanya bisa dirasakan mereka yang sudah mengalaminya kali ya..
Soalnya, ketika saya dan sahabat-sahabat saya janjian bertemu dan dengan gegap gempita saya cerita bahwa janin saya cantik sekali, yang mengiyakan dengan wajah bahagia khas ibu memang cuma Sari yang udah punya balita super kyut itu.
Lucy dengan wajah datar cuma bilang, "Bukannya kaya makhluk laut gitu?"
Dan Yuyung dengan polos bertanya, "Bukannya kaya kacang tanah?"
Lalu saya menatap mereka berdua dengan wajah sok dewasa dan dalam hati berkata, "Ah, kalian nggak akan pernah mengerti sampai mengalami sendiri."

(Maap ye Lus, Yung.. :P)
Mudah-mudahan saya berhasil menjaga amanat ini, membuatnya aman dan sehat hingga saatnya nanti.
Datang ya Nak, Ibu menantimu..

4 comments:

gadisbintang said...

aaaaahhhhh...
kamu dihamiliiiii...
aaahhhhhhh..
ikut bahagiaaa.
senang sekaliiiii..
aaahhh..
alhamdulillah.
yang sehat ya, Del!

ps: bukan cuma ibu yang menanti, tante juga lohh.
hihiihihi..

della said...

Iyah, makasih ya Fe ^ ^
Minta doanya ya, siapa tau lebih makbul kalo doanya dikirim dari Holland sono :P
Sehat2 juga ya di sana.

Anonymous said...

lama tak mampir, ternyata ada kabar gembira. berarti sekarang usia kandungannya sudah berapa bulan ya

*ngambil kalkulator dulu*

hmm...

jaga kesehatan ya bu, sepertinya skarang mas-nya lagi sibuk ngeladenin permintaan yang lagi ngidam. hehehe

della said...

Hehehehe..
sayangnya tiap kali gw ngidam pasti saat bapake nggak ada jadi gw sendiri yang nyari2 abang rujak, bubur ayam, ketupat sayur, gado-gado atau tukang sate padang (itulah orang2 yang ketiban rejeki ngidam gw, hehe..)
eh, sbetulnya nggak yakin juga kalo itu ngidam. Kata orang kalo ngidam tu pasti cuma dicicipin secuil abis itu udah.
Berhubung gw punya prinsip makanan enak pantang dimubazirin, ya makanan2 itu selalu abis. Makanya kakak gw bilang gw ini napsu, bukan ngidam, hehehe..
Makanya buruan nyusul dong Cep, biar bisa ngrasain istri yang lagi ngidam. Sapa tau kelak kita bisa besanan :P