Thursday, February 15, 2007

Buat Sarie

Titik hujan pertama, jatuh tepat saat aku baru saja membuka pagar, bersiap masuk rumah. Membuat sedikit menyesal telah telanjur tiba.
Maka kutengadahkan tangan, merasai tiap tetes air yang jatuh, merasai cinta-Nya pada bumi.
Merasa iri pada mereka yang masih ada di jalan yang akan sempat menikmati wanginya rumput terkena hujan.
Kalau mereka peduli.
Kemudian, aku memikirkanmu.
Sudah tiba di rumahkah?
Sempat terkena hujankah?
Sebab bila ya, ketahuilah bahwa kita baru saja terkena air dari langit yang sama.
Dan aku terus memikirkanmu.
Tiga tahun berlalu sejak pertemuan terakhir kita, dan hujan masih saja mengingatkanku padamu.
Membuatku memikirkanmu.
Merindukanmu.
Kamu yang berjanji akan kembali.
Kamu yang tertawa saat kukatakan, sudah lama kutahu bahwa janji lelaki tak bisa dipercaya.
Kamu tertawa, sebab tahu bahwa aku berdusta.
Sebab aku percaya padamu.
Bodohnya aku.
Sayang, sedang apa kamu di luar? Suara Bunda menyentakku dari lamunan.
Cepat masuk, di luar hujan deras, serunya lagi.
Aku menurut.
Meninggalkan hujan di belakang punggung.
Menyisakan tetesnya yang jatuh ke lantai.
Masih ada sekerat kenangan tentangmu dalam mataku.
Pulanglah. Perempuan bodoh ini masih menantimu.


*Terlalu banyak hal pedih terjadi dalam penantian, Sar. Semoga kamu nggak kecewa..*

No comments: