Friday, February 6, 2009

Haram lagiiii..ah! Haram lagii.. (bacanya sambil ngedangdut ya.. :P)

Kata MUI rokok itu haram.
Eh, udah disahkan blom sih fatwa itu?
Saya mah nggak terlalu peduli.
Sejak perda larangan ngrokok kluar aja saya udah ultra girang soalnya berarti saya punya landasan hukum yang kuat (halah..) untuk negor orang yang ngrokok di bus.
Berbeda dengan adik saya si hati lembut nan berjiwa tulus yang akan mengawali tegurannya dengan senyum manis dan berkata, "Pak, maaf, bisa tolong matikan rokoknya?" saya yang darah Palembangnya mengalir deras, nggak bakalan tu pake senyum-senyum.
Apalagi pake maaf!
Ya ampun, dalam hal ini siapa yang salah, coba? Mestinya dia dong yang minta maaf ke saya!
Makanya saya sering banget berantem sama perokok. Malah pernah ada yang mukul belakang kepala saya sesaat sebelum dia turun dari bus. Mudah-mudahan sekarang dia kena kanker paru-paru deh.
Kalo diinget-inget lagi, siapa juga yang nggak bakal tersinggung kalo dipelototin dan dibilang dengan ketus, "Pak, rokoknya matiin, dong!"
Hahaha..
Terakhir, dua hari yang lalu, dalam 77 yang mulai dipadati penumpang, naiklah si bodoh dengan rokok di mulutnya. Karena tempat duduk udah penuh, dia berdiri. Amboi, kebayang nggak, busnya penuh, bau, kekurangan oksigen, tambah asep rokok! Begitu dia ngepulin asep dari rokoknya, kontan semua orang di sebelah kiri dan kanannya pada tutup hidung. Termasuk saya yang saat itu duduk dua bangku di belakangnya.
Sebel banget!
Saya colek si bodoh itu dan bicara dengan nada rendah dan setegas mungkin (kata kakak saya ini poin terpenting dalam negor orang), "Pak, rokoknya dimatiin dong! Ini kan kendaraan umum!"
Dia langsung jatohin rokoknya trus dia injek sampe mati.
Nah, itu masalah kedua dalam hal merokok di tempat umum: buang puntung seenaknya aja.
Trus tadi siang, pulang sekolah naek 77 lagi. Begitu masuk, pandangan saya tertumbuk pada seorang cowo yang lagi sibuk ngerogoh kantong. Di mulutnya ada rokok yang belum nyala.
Cewek yang duduk di sebelahnya udah melirik-lirik gelisah.
Alhamdulillah bangku belakangnya kosong, jadi saya duduk di situ. Kayanya tu cowo nyari korek api. Kantong celana bagian kanan nihil, bagian kiri juga. Ngerogoh bagian belakang. Eh, ada. Begitu dia keluarin koreknya, saya colek dan hebat sekali saudara-saudara, saya dapat tersenyum dengan tulus!!!!!!
(Tepuk tangan dulu dong)
Abis itu, saya bilang, "Mas, jangan dinyalain ya."
Dia juga senyum (walopun kliatan banget senyumnya dipaksain) dan memasukkan kembali rokok serta koreknya ke dalam saku kemeja.
Mendingan emang ditegor sebelum dinyalain kali ya..
Eh, cewek di sebelahnya nengok ke saya dan senyum penuh terima kasih.
Ya, sama-sama, mbak.
Ternyata enak ya kalo pake senyum.
Tapi teteup nggak pake maaf! Ogah banget!
Anehnya, kalo lagi jalan sama suami, saya nggak pernah negor orang yang ngrokok.
Dan mertua saya juga ngrokok, saya nggak berani negornya, hahahahhaha..
Selain itu, dua jenis makhluk perokok lainnya yang hingga detik ini belom berani saya tegor:
1) kenek dan atau supir bus
2) perempuan

I wonder why..

3 comments:

Anonymous said...

mengapa semua yang asik-asik, itu diharamkan. mengapa semua yang enak-enak itu yang dilarang.

nyanyi sama-sama:

"ah ah ah ah ah haaaaaaaaaaaaaaa
itu lah perangkap syaitan"

:))

btw, lihat tv gak? bahkan tukang beca juga tau kalau yang merusak tubuh itu haram. dan dia bilangnya begini, kenapa tidak dari dulu rokok itu diharamkan (sambil ngisep dalem-dalem asap rokoknya)

della said...
This comment has been removed by the author.
della said...

Hah, beneran?
Lucu juga tu :D